Ngusaba Dalem desa Bonyoh yang di laksanakan pada Tilem sasih kedasa yang jatuh pada tanggal 4 April 2019, yang dilaksakan setiap setahun sekali ini memiliki keunikan tersendiri dengan desa lain, yaitu warga desa membuat banten/sesajen dengan jajan bantal panjang (dibuat dari ketan) yang ukurannya sedikit berbeda dari jajan bantal pada umumnya dan kulitnya terbuat dari ambu (daun yang masih putih dari pohon aren), jajan Ketimus (dari tepung ketan, beras atau ketan hitam), umbi keladi yang sudah di kukus, dan buah-buahan serta pisang (biu kayu), ayam 1 ekor (ayam Jantan) yang di panggang atau di kukus. Untuk nasi digunakan nasi dari beras merah. Karena keunikan itu, semua warga desa membuatnya sendiri.
Yang berbeda lagi dari ngusaba dalem ini yaitu, yang membawa banten/sesajen adalah para laki-laki warga desa, upacara ini juga dilaksanakan dari malam hari sampai dini hari di pura dalem desa Bonyoh. Untuk sesajen ada aturannya, jajan harus berjumlah 12 biji, untuk jajan bantal, 12 biji untuk jajan ketimus 12 biji, pisang 1 sisir, serta canangnya dibuat dari ambu juga, seperti yang dikatakan oleh jero kubayan mucuk (gelar paling tinggi sebagai pendeta dalam susunan uluapad) selaku pemuput (yang menyelesaikan upacara) sesajen dibuat dari hasil bumi yang dihasilkan di desa, dan sesajen di bawa oleh para lelaki karena wanita tidak diperbolehkan masuk ke areal pura dalem. Wanita hanya di perbolehkan sembahyang hanya sampai di pura prajapati.
Di dalam areal pura tempat duduk wargapun berbeda sesuai dengan status mebanjar dengan medesa (bagi yang berhak untuk mengurus tanah ayah desa, dan memiliki kewajiban mengeluarkan uang/urunan saat ada upacara/piodalan di pura desa). Pemisahan tempat ini dilakukan untuk mengetahui urutan warga yang medesa yang akan naik status menjadi uluapan.